MENGENAI BANJIR
A BANJIR
1. Definisi Banjir :
Banjir merupakan hasil dari limpasan yang berasal dari curah hujan atau cairnya salju dalam jumlah yang terlalu besar untuk dapat dikungkung didalam alur air rendah dari sungai-sungai.
2. Tipe Banjir :
a) Banjir bandang
b) Banjir kilat, ini terjadi ketika hujan turun dan kadang terjadi banjir secara tiba-tiba yang diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air karena tanah memiliki daya serap air yang buruk atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air.
c) Banjir pesisir, terjadi melalui ombak besar tingginya bias mencapai 8 meter.
3. Faktor-faktor penyebab banjir :
a) Jebolnya tanggul.
b) Penuhnya waduk akibat curah hujan yang besar.
c) Banjir yang melebihi banjir rencana.
d) Curah hujan tinggi.
e) Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.
f) Daerah terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keluar sempit.
g) Daerah terletak didekat sungai atau sungai-sungai yang memiliki daerah aliran sungai yang luas.
h) Kurangnya tutupan vegetasi di daerah hulu sungai.
i) Banyak permukiman yang dibangun pada dataran sepanjang pinggir sungai.
j) Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai.
k) Penggunaan lahan yang tidak tepat.
l) Pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir.
m) Penggundulan hutan.
n) Pembuangan sampah ke dalam sungai
4. Efek daripada banjir :
a) Kerugian harta benda
b) Rusaknya sumber daya alam
c) Banyaknya Sampah yang bertumpuk didepan jembatandapat menaikkan duga muka air sungai
lebih dari yang diharapkan
d) Terjadinya korban jiwa, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.
e) Merosotnya perekonomian
f) Terganggunya kegiatan usaha
5. Pencegahan sebelum banjir :
a) Tanggul paling sering digunakan untuk pencegahan dan pengurangan banjir , karena dapat dibangun dengan biaya yang relatif murah dan bahan yang dengan mudah didapatkan didaerah setempat.
b) Membuat waduk banjir yang berfungsi untuk menampung sebagian aliran banjir untuk memperkecil puncak banjirnya pada titik yang harus dilindungi
c) Masyarakat pula dapat mencegah banjir dengan membuang sampah pada tempatnyaagar tidak menyumbat selokan, jembatan, serta sungai.
d) Salah satu usaha pemerintah untuk mencegah banjir yaitu dengan “Banjir Proyek Baku”. Banjir ini dirumuskan sebagai “debit-debit yang dapat diharapkan dari gabungan paling hebat antara kondisi-kondisi metereologis dan hidrologis yang dianggap merupakan cirri-ciri yang wajar dari wilayah geografis yang bersangkutan, termasuk gabungan-gabungan yang sangat jarang”.
e) Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai dengan fungsi lahan.
f) Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada beberapa bagian sungai yang seringa menimbulkan banjir.
g) Tidak membangun rumah didataran banjir.
h) Tidak membuang sampah kedalam sungai.
i) Pengerukan sungai.
j) Pemasangan pompa untuk daerah-daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
k) Hindari aktivitas di sekitar sungai yang memiliki lembah sempit jika terlihat dibagian hulu sungai dalam keadaan mendung atau hujan untuk mengurangi resiko bencana banjir bandang.
l) Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan.
m) Perhatikan atau pantau terus informasi cuaca dan pengamatan ketinggian muka air sungai yang banyak disiarkan lewat media, atau langsung bertanya ke instansi terkait yaitu Badan Meteorologi dan Geofisika dan Pemerintah Daerah setempat.
6. Penanganan selama banjir :
a) Manusia hanya dapat berbuat sedikit saja untuk mencegah banjir besar, tapi dapat mengecilkan kerugian terhadap tanaman dan hak milik didalam dataran banjir sungai yang bersangkutan
b) Memelihara keefektifan suatu tanggul, cara yang paling tepat dapat dilakukan selama terjadi banjir.
c) Perbaikan alur sungai dan selokan
d) Pengungsian darurat dan usaha membuat kebal banjir.
7. Penanganan selama pasca banjir :
a) Pengurangan puncak banjirdengan waduk
b) Pengurungan aliran banjir didalam suatu alur yang ditetapkan dengan tanggul, tembok banjir, atau suatu saluran tertutup.
c) Penurunan permukaan puncak banjir dengan mempertinggi kecepatan aliran akibat perbaikan alur
d) Pengalihan air banjir melalui by pass atau aluran banjir (flood ways) kedalam alur sungai atau bahkan ke DAS lain.
e) Usaha membuat kebal banjir (flood proofingt) bagi harta milik tertentu
f) Pengurangan limpasan banjir dengan pengolahan lahan
g) Pengungsian sementara dari daerah-daerah ancaman banjir berdasarkan peringatan banjir
h) Pengolahan dataran banjir.
B. LONGSOR
1. Definisi longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng, dapat berupa tanah atau batuan yang bergerak, secara cepat atau perlahan menuruni lereng atau keluar lereng.
2. Tipe longsor
3. Faktor-faktor penyebab longsor
a) Daerah berbukit dengan kemiringan lereng lebih dari 20 derajat. Untuk daerah dengan penyusun berupa struktur tanah lempung pada kondisi jenuh air akan mungkin bergerak pada sudut lereng kurang dari 20 derajat.
b) Terdapat lapisan tanah yang tebal menumpang di atas lapisan batuan yang lebih keras dan kedap air.
c) Sistem tanah air dan tata guna lahan yang kurang baik di daerah lereng, sehingga banyak air tertahan pada lereng yang menyebabkan lereng jenuh air. Sebagai contoh adanya kolam ikan pada lereng, sawah, ladang terbuka yang hanya ditanami tanaman berakar serabut yang sistim perakarannya tidak dalam.
d) Kurangnya tanaman penutup lereng.
e) Terdapat retakan-retakan berbentuk tapal kuda pada bagian atas tebing.
f) Terdapat banyak mata air/rembesan air pada tebing yang menunjukkan tebing telah jenuh air yang sering disertai longsoran-longsoran skala kecil.
g) Adanya aliran sungai dibawah lereng yang alirannya mengerosi/menggerus dasar lereng sehingga sudut kelerengannya menjadi lebih terjal.
h) Aktifitas manusia yang menyebabkan lereng semakin terjal seperti pemotongan tebing untuk pembangunan rumah, pembuatan jalan, dan penambangan.
i) Aktifitas manusia yang menyebabkan pembebanan yang berlebihan pada lereng seperti pembangunan rumah atau sarana fisik lainnya.
4. Efek daripada longsor
a) Sarana dan prasarana yang ada di sekitar bencana menjadi lumpuh
b) Mengakibatkan timbulnya korban
c) Secara geologi menyebabkan perubahan pada muka bumi
d) Akan diadakan perbaikan konstruksi bangunan di daerah sekitar untuk mengantisipasi terjadinya longsor susulan
e) Mempengaruh kehidupan ekosistem di sekitar daerah longsor
5. Pencegahan pra longsor
a) Kenali daerah tempat tinggal kita sehingga jika terdapat ciri-ciri daerah rawan longsor kita dapat menghindar.
b) Perbaiki tata air dan tata guna lahan daerah lereng.
c) Tanami daerah lereng dengan tanaman yang sistim perakarannya dalam (akar tunggang).
d) Tutup retakan-retakan yang timbul di atas tebing dengan materi lempung untuk mencegah air hujan masuk ke dalam tanah.
e) Selalu waspada pada saat musim hujan terutama pada saat curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama.
f) Waspada terhadap mata air/rembesan dan kejadian longsor skala kecil di sepanjang lereng.
6. Penanganan selama terjadi longsor
Kebanyakan penduduk di bawah lereng tidak mempunyai kesempatan untuk menghindar pada saat massa tanah sudah mulai meluncur ke bawah. Evakuasi penduduk jika tebing telah menunjukkan gejala akan longsor.
7. Penanganan pasca longsor
a) Lakukan evakuasi korban yang tertimbun secara hati-hati, karena penggalian pada timbunan tanah longsor di bawah tebing dapat memicu terjadinya longsoran baru.
b) Lakukan evakuasi penduduk yang tinggal di daerah bahaya ke tempat penampungan yang aman.
c) Cari sumber-sumber air bersih yang dapat dimanfaatkan untuk daerah penampungan korba bencana.
d) Segera hubungi pihak yang terkait seperti Kepala Desa/Lurah atau Camat sehingga kejadian bencana dapat ditangani dengan segera dan terkoordinasi.
C. BENDUNGAN (DAM)
1. Definisi Bendungan (DAM)
Bendungan (DAM) adalah sebuah ambang besar yang melintang di palung sungai dan berfungsi untuk menyimpan air pada masa-masa surplus air, kemudian tampungan air tersebut pengeluarannya diatur untuk berbagai macam tujuan.
2. Berbagai jenis bendungan
a) Menurut kegunaannya
Bendungan penampungan air
Dipergunakan untuk menyimpan air dalam masa-masa surplus air yang akan dipergunakan nantinya dalam masa-masa kekurangan air.
Bendungan pembelokan air (Diversion dam)
Untuk meninggikan muka air, maka dibangun sebuah bendungan untuk keperluan mengalirkan air melalui saluran-saluran, kanal-kanal ataupun dengan sistem aliran lain menuju ke tempat-tempat yang memerlukannya. Digunakan untuk maksud pengembangan irigasi dan sebagai pembelokan arus sungai melalui terusan-terusan ke tempat yang memerlukan.
Bendungan penahan (Detention dam)
Dibuat untuk memperlambat serta mengusahakan seminimal mungkin terhadap efek aliran banjir yang mendadak. Dibagi dalam 2 bentuk pokok :
Bentuk I : Air menampung secara berkala/sementara, kemudian dialirkan melalui outlet menuju ke sebuah bangunan, dimana di tempat ini aliran air tidak akan mencapai kecepatan yang tinggi ke arah terusan hilirnya.
Air dibiarkan meresap danmerembes ke dalam lereng-lerengatau strata.
Bentuk II : Tujuan utamanya adalah membuang air ke dalam dasar tanah. Dan juga untuk menampung sedimen atau endapan-endapan dan sering disebut bendungan Debris atau Puing.
b) Menurut perencanaan hidraulic
Over flow (pelimpah)
Dimaksudkan untuk mengalirkan air melaluipncak (crest)nya.
Non over flow
Dibuat untuk tidak dilimpahi air.
c) Menurut material atau bahan yang dipakai
Bendungan urugan tanah (earth-fill dam)
Bendungan tanah ini adalah model bendungan paling umum, terutama disebabkan karena konstruksinya, termasuk juga pemakaian material yang biasa serta tidak banyak memerlukan pengolahan. Disamping itu, juga oleh karena jumlah bidang kerjanya adalah baik sebagai akibat dari meluasnya pengembangan penampungan air serta ekstensi, terutama didaerah gersang dimana perawatan terhadap air untuk keperluan irigasi adalah merupakan kebutuhan yang pokok.
Bendungan urugan batu (rock-fill dam)
Bendungan ini selain menggunakan batu dari segala macam bentuk / ukuran memberikan stabilitas, tapi juga memakai sebuah membrane (selaput semacam kulit) atau inti kedap air (core) yang tak akan dapat dipengaruhi oleh rembesan air. Membran inihendaklah sebuah dan menghadap up-stream serta yang tidak terpengaruh oleh lempung atau tanah.
Bendungan gaya berat beton (concrete-gravity dam)
Gaya berat beton bendungan harus disesuaikan dengan lapangannya, dimana tempat iitu terdapat pondasi batuang yang cukup baik, meskipun bangunan-banguinan rendah dapat juga didirikan di atas pondasi alluvial, namun haruslah dilengkapi dengan cut-off yang memadai. Selain itu, hendaknya disesuaikan pula dengan maksud dan tujuannya, yakni sebagai crest pelimpah air, dan sebagainya.
Bendungan lengkung beton (concrete-arch dam)
Bendungan ini dapat disesuaikan dengan lapangannya, dimana dengan lebar yang tepat di antara batas ketinggian adalah tidak besar, serta batas-batas pondasinya terdiri dari batu keras ini akan mampu menahan dorongan dari lengkungnya, karwena tekanan air waduk.
Bendungan galangan beton (concrete-buttress dam)
Bendungan ini meliputi deck yang datar serta struktur-struktur lengkung ganda. Bendungan ini memerlukan beton kira-kira kurang dari 60 % daripada beton yang dipakai untuk bendungan-bendungan grafit. Namun, bila bendungan galangan beton ini dipandang dari sudut keindahan (artistik) dan teknologi perlu dipertimbangkan
Tipe yang lain
Bendungan yang dibangun karena mempunyai kebutuhan lokal yang tidak sama atau karena berdasarkan percobaan-percobaan sesuai dengan alamnya.
3. Gaya-gaya yang bekerja pada bendungan
Bendungan tipe urugan
1. Bahaya longsoran (sliding)
2. Berat mati tubuh bendungan (dead weight)
3. Tekanan hidrostatik (hidrostatic pressure)
4. Gaya seismik terhadap bendungan (seismic body force)
Bendungan tipe beton
1. Berat tubuh bendungan
2. Tekanan hidrostatik
3. tekanan ke atas (uplift pressure)
4. tekanan sedimentasi
5. gaya seismik pada tubuh bendungan
6. tekanan hidrodinamik
7. gaya es (untuk daerah yang mengalami musim dingin)
Gaya seismik pada tubuh bendungan tipe garavity yang diperhitungkan adalah gaya seismik yang menimpa tegak lurus terhadap as bendungan. Gaya seismik pada tubuh bendungan tipe butress atau hollow gravity. Gaya seismik yang tegak lurus as bendungan juga harus diperhatikan.
4. Metode pembangunan berbagai jenis bendungan
a) Penyelidikan tanah
Hal ini perlu dilakukan agar kita dapat mengetahui karakteristik tanah dari lokasi dimana akan dibangun bendungan. Selain itu, agar dapat diketahui jenis-jenis bahan konstruksi yang cocok digunakan. Tentunya hasil penyelidikan ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan pada sampel tanah yang diuji di laoratorium.
b) Pemilihan lokasi bendungan
Topografi
Pemilihan berdasarkan rupa bimu yaitu memilih lambah yang tersempit misalnya bentuk U dan V
Geologi
• Lokasi bendungan
Memperhatikan beban berat dan menempatkan pondasi pada lapisan batuan keras.
• Lokasi kolam waduk
Di pintu lembah tertutup agar muka air naik, selain itu agar dapat menentukan elevasi spillway dan dipilih tebing yang tidak dijumpai patahan / sisipan agar tidak terjadikebocoran.
• Bahan konstruksi
Material dalam jimlah besar
Transportasi yang murah dan mudah dalam konstruksi
Bahan kedap air atau bahan lolos air untuk drainase dan stabilitasi
• Lokasi spillway
Jika bendungan terbuat dari concrete maka pelimpah dibuat bersatu dengan tubuh bendung. Tapi jika waduk berupa urugan kaka pelimpah berpisah dengan tubuh bendung akibat adanya overtoping.
• Daerah genangan
Memperhitungkan aspek ekonomi, sosial dan ekologi
• Infrastruktur
Transport
Kantor / Perumahan / Bengkel / Gudang, dll
Tenaga listrik (diesel)
Batching plan, dll
c) Pemilihan tipe bendungan
Tujuan pembangunan : apabila akan digunakan untuk PLTA dengan tipe pompa yang sering terjadi naik turun permukaan airnya maka semua tipe bendungan beton dapat dipakai, sedangkan untuk tipe urugan hanya dengan lapisan yang kedap air dimuka yang dapat dipilih.
Keadaan kumatologi setempat : apabila dari daerah lokasi pembangunan sering turun hujan maka tipe beton lebih disukai karena volumenya lebih kecil. Sedangkan apabila terpaksa dipakai bendungan urugan lebih disukai urugan batu berlapis-lapis dengan lapisan kedap air miring atau lapisan kedap air di muka.
Keadaan hidrologi setempat : ini menentukan banyak sedikitnya debit air yang tersedia untuk perencanaan sehingga menentukan optimasi dari proyek apakah akan dipakai untuk satu tujuan pembangunan saja atau untuk serbaguna.
Keadaan topografi setempat : apabila lokasinya terletak di sungai yang sempit dan tinggi maka lebih disukai tipe bendungan berbentuk lengkung, sedangkan apabila lebar lebih disukai tipe beton berdasar berat sendiri, beton dengan penyangga beton, dengan lebih dari satu lengkung atau tipe urugan.
Keadaan di daerah pegunungan : makin tinggi bendungan makin luas daerah yang akan tergenang yang tentu saja berpengaruh pada hilangnya daerah pertanian / peternakan / perkebunan dan lain-lain, serta biaya pembebasan tanah dan ganti rugi, pemindahan penduduk yang perlu mendapatkan perhatian seksama.
Keadan geologi setempat : pada umumnya tipe urugan tanah dan urugan batu dapat dibangun di semua keadaan geologi dengan perbaikan-perbaikan pondasi seperlunya, sedangkan tipe beton hanya bisa dipakai di daerah yang keadaan geologinya baik.
Tersedianya bahan baku setempat : apabila bahan bendungan relatif sedikit, tipe beton lebih disukai karena volumenya kecil sehingga bahan yang diperlukan hanya sedikit.
Hubungan dengan bangunan pembantu : untuk tipe beton biasa tidak ada masalah karena bangunan-bangunan tersebut dapat dijadikan satu dengan tubuh bendungan. Tetapi untuk tipe urugan tidak boleh terlalu dekat mengingat mudah terkena erosi sebagai akibat aliran air.
Keadaan lingkungan setempat : dengan adanya pembangunan akan terjadi perubahan di suatu daerah tertentu.
Biaya proyek : apabila keadaan geologinya memumngkinkan maka bendungan beton biasanya lebih murah dibanding dengan tipe urugan.
Gempa bumi : menurut pengalaman, bendungan urugan tanah dan beton berbentuk lebih stabil menahan gempa maka sedapat mungkin dipilih kedua tipe tersebut apabila daerahnya banyak gempa.
d) Keamanan bendungan (safety of dam)
Badan bendungan dan pondasi harus tahan terhadap kegagalan longsoran (sliding failure) meliputi kondisi-kondisi berikut :
Rembesan harus mantap dalam kondisi waduk terisi penuh.
Pda akhir pelaksanaan pekerjaan bendungan dalam kondisi adanya sisa tekanan pori.
Kondisi muka air tinggi dan muka air rendah dalam waduk rembesan harus mantap.
Pada kondisi muka air waduk turun dengan cepat (rapid draw-down) dan fluktuasi muka air waduk cukup besar masih ada sisa tekanan pori.
Kondisi pada pengisian waduk maupun kondisi pada operasi waduk.
e) Pemeriksaan kualitas (quality control)
Selama pelaksanaan pekerjaan bendungan pemeriksaan kualitas baik bahan maupun hasil pekerjaan harus terus-menerus diperiksa baik di lapangan maupun melalui uji coba lab.
f) Fasilitas kontrol (control facilities of dam)
Peralatan kontrol yang berupa alat observasi dan instrumen pengukuran dam dan pondasi (observation and measuring insyruments) harus dipasang selama pelaksanaan pekerjaan guna keperluan monitoring dan pemeliharaan dam.
5. Perencanaan berbagai bendungan
a) Desain kriteria bendungan tipe urugan
Klasifikasi tipe bendungan
Terdiri atas : * Bendungan urugan tanah (earth fill dam)
* Bendungan urugan batu (rock fill dam)
Dari klasifikasi tersebut tipe bendungan dibedakan :
• Tipe homogen (homogeneaus type)
• Tipe zone (zone type)
• Tipe selimut kedap air (lmpermeable kacing type)
Bahan material
• Tanah : bahan tanah untuk dam yang akan digunakan memenuhi persyaratan yaitu kedap air. Koefisien permeabilitas dan kekuatan sama dengan tegangan geser setelah ditekan harus kecil, mudah diapatkan dan tidak mengandung bahan-bahan organik.
• Batuan : Bahan batuan harus baik dan awet serta harus memiliki tegangan geser yang tinggi.
• Bahan : Bahan kedap air untuk lapisan muka dinding bendungan umumnya digunakan aspal beton dan plat beton bertulang.
Pondasi
• Pondasi permukaan tanah setelah penggalian herus diamayi secara seksama untuk diselidiki lebih lanjut.
• Dari hasil studi tersebut dapat diambil kesimpulan :
Apakah kedalaman pondasi sudah cukup
Apakah diperlukan tirai grouting
Apakah diperlukan grouting selimut
Apakah diperlukan grouting gigi
Apakah diperlukan pekerjaan konsolidasi pondasi
Desain badan bendungan
• Lereng bendungan
• Lebar puncak (crest) bendungan
Untuk bendungan besar, lebar puncak antara 10 m hingga 15 m
Untuk bendungan besar, lebar puncak antara 6 m hingga 9 m
• Chamber (jagaan puncak dam)
Yaitu tinggi jagaan yang ditambahkan pada tinggi desain bendungan jagaan tersebut dimaksudkan untuk mengkompensip apabila terjadi penurunan dalam kurun waktu tertentu pada puncak bendungan.
• Kemiringan lereng sebelah hilir
Didesain menurut tipe bendungan
• Kemiringan lereng sebelah hulu
Kemiringan bagian hulu lebih landai daripada bagian hilir
Kemiringan lereng untuk dam tipe zone relatif lebih landai
Kemiringan lereng untuk dam dengan selimut aspal beton bergantung daripada metode konstruksi. Biasanya sekitar 1 : 1,6 – 1 : 1,8.
b) Desain kriteria bendungan tipe beton
Persyaratan dasar untuk desain
• Berat satuan beton
Harus ditetapkan berdasarkan hasil uji di laboratorium
• Kokoh beton (strength of concrete)
Kokoh beton dan umumnya harus mengikuti standar yang berlaku secara internasional sehingga faktor keamanan memenuhi tegangan yang disyaratkan dalam desain.
• Tahanan geser batuan dasar, Modulus elastisitas, dan modulus deformasi
Perhitungan desain dan model test tubuh bendungan
• Bentuk analisa stabilitas bendungan
Semua raut muka bendungan yang akan direncanakan, harus diperhitungkan mengenai stabilitasnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Tidak ada tegangan tarik yang terjadi sepanjang permukaan bagian hulu bendungan.
Terjaminnya keadaan terhadap geseran
Tgangan desak dan tegangan tarik tidak boleh melebihi nilai yang diijnkan
• Analisa tegangan (stress analysis)
Analisa tegangan untuk bendung harus dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan mengadakan penyesuaian terhadap kondisi tegangan dan bendungan.
• Model test
Tegangan dinamikyang terjadi pada bendungan yang tingginya 15m atau lebih akibat gempa bumi yang intensitasnya tinggi ke arah tegak lurus pada as bendungan harus dikaji melalui percobaan model test.
Pengaruh terhadap stabilitas bendungan dimana dasar batuan pondasi yang kurang baik harus dikaji melalui percobaan model test.
Perbaikan pondasi dan kontrol suhu pada beton
Kontrol suhu pada beton selama pengecoran danselama proses ikatan harus diukur dan dikaji dengan seksama agar tidak terjadi adanya retak-retak atau retak rambut.
Sambungan pengerutan dan penahan air
• Sambungan pengerutan (contraction joints)
Menempatkan posisi dan pengaturan jarak untuk melindungi terjadinya retak-retak pada beton.
Kemampuan instalasi campuran beton dari bentuk struktur
• Penahan air (waterstop)
Konstruksi penahan air harus dipasang dekat dan sepanjang permuikaan bendungan bagian hulu pada smbungan transversal (melintang). Konstruksi penahan air harus kedap air, tahan lama dan fleksibel mengikuti kontraksi (kembang susut) beton.
Fasilitas pengawasan dan inspeksi
• Serambi dan saluran pengeluaran
Bendungan gaya bera beton harus dilengkapi dengan serambi yang ditempatkan sejajar pada bagian hulu dalam tubuh dam dan yang ditempatkan tepat ditengah searah dengan as bendungan. Untuk keperluan inspeksi dan pemeliharaan.
• Alat pengukuran (masurement instrument)
Berbagai macam alat pengukuran untuk bendungan tipe beton apalagi yang tinggi-tinggi harus dipasang yaitu :
Mengatur suhu beton
Mengukur pembuka sambunganm memanjang (longitudinal joints)
Mengukur gaya keatas (uplift pressure)
Mengukur pelenturan (deflection) bendungan
0 comments:
Posting Komentar